Proposal dan
surat-surat itu akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai
perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi
mimpimupun tentang proposal. Tentang surat-surat yang belum di tanda tangan,
proposal yang dicoret-coret. Lagi-lagi memang seperti itu. Ia akan menyedot
saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel
di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur
dipaksa berlari.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu. Kita abadi. Sapardi Djoko Damono (1982)
Friday, 24 May 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)
Alhamdulillah akhirnya inget password blog, semoga azzam buat nulis rutin di blog bukan hoax!
-
Tulisan ini pernah dimuat di sini Khoirunnisak, fasilitator Pulau-Pulau Kecil Terluar Kementerian Kelautan dan Perikanan nampaknya me...
-
“ Masih kuingat, ketika seorang sahabat berkata bahwa dirinya sekarat saat kehilangan seorang sahabat. Mungkin sedikit berbeda. Saat sa...
-
Dalam hidup ini pasti suatu saat kita akan dipertemukan dengan persimpangan jalan, dan mau tak mau harus memilih dan membuat keputus...