Proposal dan
surat-surat itu akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai
perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi
mimpimupun tentang proposal. Tentang surat-surat yang belum di tanda tangan,
proposal yang dicoret-coret. Lagi-lagi memang seperti itu. Ia akan menyedot
saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel
di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur
dipaksa berlari.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu. Kita abadi. Sapardi Djoko Damono (1982)
Friday, 24 May 2013
Tuesday, 14 May 2013
Cerpen: Cinta Laki-laki Biasa
MENJELANG hari H, Nania masih sukar mengungkapkan alasan kenapa dia
mahu menikah dengan lelaki itu. Setelah melihat ke belakang, hari-hari
yang dilalui, gadis cantik itu sedar, keheranan yang terjadi bukan
semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama,
kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania.
Mereka ternyata sama herannya.
“Kenapa?” tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati
hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.
Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.
Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan
lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai
Subscribe to:
Posts (Atom)
Alhamdulillah akhirnya inget password blog, semoga azzam buat nulis rutin di blog bukan hoax!
-
Tulisan ini pernah dimuat di sini Khoirunnisak, fasilitator Pulau-Pulau Kecil Terluar Kementerian Kelautan dan Perikanan nampaknya me...
-
“ Masih kuingat, ketika seorang sahabat berkata bahwa dirinya sekarat saat kehilangan seorang sahabat. Mungkin sedikit berbeda. Saat sa...
-
Dalam hidup ini pasti suatu saat kita akan dipertemukan dengan persimpangan jalan, dan mau tak mau harus memilih dan membuat keputus...