Menjadi divisi acara bukan hal yang
baru bagi saya, apalagi acara ospek semacam ini. Persis setahun lalu saya
menjadi divisi acara ospek kampus mahasiswa baru. Dan hal itu terulang sekali
lagi tahun ini, bedanya jika dulu jadi sekertaris divisi, sekarang jadi ketua
divisinya.
Pengalaman pernah mendapatkan amanah
yang sama merupakan salah satu alasan saya menerima amanah itu. Sebelumnya saya
harus berfikir puluhan kali untuk berkata iya. Bukan hal yang mudah, karena
pasti dengan saya menerima amanah ini, akan banyak hati-hati
yang tersakiti,
banyak amanah-amanah lain yang terbengkalai. Karena saya sekertris sebuah
departemen di BEM, otomatis saya menjadi sekertaris semua program kerjanya. Terlebih
lagi, tiga dari empat prokernya berkelanjutan. Belum lagi penggilan-panggilan
darurat merombak ulang proposal dan lain-lain. Alasan inilah yang membuat saya
berpikir puluhan kali, meminta saran orang-orang lain yang lebih berpengalaman.
Salah satu hal yang menguatkan adalah perkataan seorang sahabat bahwa saya adalah
orang yang bisa multi tasking. Bisa fokus
kemana-mana. Waduh, apa iya? Sebuah kalimat yang melapangkan dada, namun juga
merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi saya. Hal kedua yang membuat saya
ragu adalah karena saya perempuan. sampai kemudain seorang kakak berkata ‘kenapa
tidak?’. Tak pernah terbayangkan pada saat hari H ketika harus lari kemana-mana, memastikan semua
terkondisikan dengan baik dan lancar, selalu siap sigap tanggap dengan segala
kemungkinan yang ada, dan lain-lain. Dan akhirnya kenapa tidak? Mencoba tantangan
baru apa salahnya, bukankah menyenangkan ketika berjumpa dan bekerja dengan
orang-orang baru, menyelami pikiran dan kehidupan mereka yang luar biasa.
Ternyata perjuangan kali ini berbeda
seratus delapan puluh derajat dengan pengalaman saya setahun dulu. Selain SDM
yang benar-benar minim, amanah yang lainpun
silih berganti memanggil-manggil. Lagi-lagi, harus mengecewakan banyak
hati. Rekan-rekan sedivisipun tak jauh berbeda, mereka lebih sibuk luar biasa. Dari
sepuluh orang, tidak pernah sekalipun saat rapat lengkap semua. Ada yang
exchange, ikut IGTF, jadi PJS kadiv acara kegiatan lain, sakit, dua minggu
turun ke desa, dan seabreg kesibukan lain mereka. Rapatpun lebih sering hanya
berdua atau bertiga, dan berganti-ganti orang.
Perjuangan inipun terasa lebih berat
dari biasanya. Entah ini saya sendiri yang merasa atau memang sudah demikian
adanya, jika ada bagian lain yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya, maka
saya harus bekerja ekstra untuk menghandle fungsi itu. Dari awal memang sudah
terasa ada yang tidak pas pada tempatnya, entah apa itu, mungin waktu, orang-orangnya,
aturan, atau apalah. Saya mencoba menganggap semua baik-baik saja. Sampai ditengah,
ternyata saya keteteran luar biasa. Pikiran ngga fokus, amanah lain
terbengkalai, diteror banyak orang yang menanyakan ‘gimana MPF? Ada masalah
ngga? Sampe mana progresnya? Gimana pembicara?’ mungkin saya yang salah tanggap
atau bagaimana. Bukan meneror, tapi lebih tepatnya peduli. Saya terharu,
bagaimana bisa orang lain bisa sepeduli itu, padahal teman saya yang satu
divisi sajaa..
Suatu saat seperti mendapat tamparan
yang luar biasa sakitnya, saya lupa jadwal UAS, benar-benar lupa, diuruspun
nihil hasilnya. Ini bukan hanya tentang amanah semata, tapi tugas utama saya
sebagai sebagai seorang anak sekaligus mahasiswa. Niat pengen jujur, tapi
ternyata...sudahlah, semoga menjadi pembelajaran hidup selanjutnya. Apapun itu,
yang pasti ini adalah murni kesalahan saya pribadi. Jadi teringat perkataan
kakak saat saya bilang ada amanah baru jadi kadiv acara ospek fakultas. Beliau tidak
mengiyakan, hanya mewanti-wanti jangan lupa birrul walidainnya, inget dikampus
mau apa? Jangan sampe kegiatan jadi kambing hitam. Iya, saya sadar dan akhirnya
memang sayalah yang salah. Bukan orang lain, atau amanah apapun itu. Hanya momennya
saja mungkin yang bertepatan, saat pikiran benar-benar kacau.
Salah satu hal yang lucu adalah saat saya
benar-benar drop pikiran dan hati (sama seperti setahun yang lalu), sesaat
sebelum puasa, tenaga saya benar-benar habis terkikis, tiba-tiba saya terserang
diare. Berhari-hari perut serasa dikuras habis, tidak hanya itu, sekarang
ditambah sumbilangen yang rasanyaaa..... Bedanya jika dulu saat saya jatuh
masih ada orang lain yang membantu, tapi sekarang, mau minta batuan siapa
lagi??
Nisss, syemangat Nisak! Mungkin memang dasarnya PSDM suka banyak menerima amanah, mungkin memang dasarnya PSDM ga bisa kalo ga bilang engga ketika ditawarkan amanah, dan kemungkinan lainnya. Dan ya, Asya pun sering kali diingatkan untuk 'jangan lupa tujuan utama kita disini'. InsyaAllah, meski udah gak satu atap lagi, PSDM siap membantu, termasuk doa agar smuanya dimudahkan, lancar, dan sukses hhee syemangat Nisak!
ReplyDelete