Hadiah
terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya
bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di
malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu
dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap
induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku.
Sesaat kemudian, wahai betapa indahnya..... bukan kematian yang mereka terima,
namun kesejatian diri sebagai elang,
yaitu terbang tinggi, meliuk melayang bersama angin. Iyaa, saat terindah
adalah ketika ditantang keluar dari zona nyaman. Bila kita tak berani
mengatasi masalah, kita tidak akan menjadi seseorang yang sejati. Indah
bukan.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu. Kita abadi. Sapardi Djoko Damono (1982)
Friday, 19 December 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Alhamdulillah akhirnya inget password blog, semoga azzam buat nulis rutin di blog bukan hoax!
-
Tulisan ini pernah dimuat di sini Khoirunnisak, fasilitator Pulau-Pulau Kecil Terluar Kementerian Kelautan dan Perikanan nampaknya me...
-
“ Masih kuingat, ketika seorang sahabat berkata bahwa dirinya sekarat saat kehilangan seorang sahabat. Mungkin sedikit berbeda. Saat sa...
-
Dalam hidup ini pasti suatu saat kita akan dipertemukan dengan persimpangan jalan, dan mau tak mau harus memilih dan membuat keputus...
No comments:
Post a Comment