ikatan. Nihil, aku tak bisa, bertambah kacau. Lakuku membuatmu malu. Lakuku membuat ruhmu tak lagi sudi untuk bersatu. Dan kini, saat semuanya hampir usai. Tak kudapati lagi sisa-sisa mozaik rindu yang mengikat kita dulu. Ah, andaikan bisa ku ulang waktu. Kan kulakukan apapun agar tertebus sesal itu. Setidaknya takkan kuhapus senyum-senyum dari sela wajahmu. Kini, saat yang baru telah memanggil-manggil raga, kutahu yang datang hanyalah keterpaksaan belaka. Niat yang dulu menggebu ingin membenarkan yang keliru dan menghapus luka lama, sirna begitu saja saat ku tersadar bahwa ternyata aku hanyalah seorang yang tak ubahnya sebagai pelengkap yang mengisi akhir kekosongan. Tanpaku, mereka masih satu. Akupun tak ingin merusak harmoni mereka yang memang sudah terbangun lebih dahulu, saat pengharapanku masih setia pada masa akhir yang akan segera berlalu.
Sesekali terbayang dalam hati, untuk
segera berlalu dari yang dulu dan menunda yang akan datang. Ingin sejenak
melupakan itu semua, kembali pada masa yang amat lalu. Saat aku tak takut
berkata tidak, saat adaku memberi manfaat, saat lakuku membuat orang terbahak,
saat keluhku disambut sahabat yang tak pernah alpa memberi semangat. Aku rindu
itu, aku rindu mereka. Aku rindu rasaku yang dulu selalu menggebu, rasaku yang
dulu tak pernah ragu, rasaku yang selalu membara, menghangatkan sahabat
seperjuangan yang selalu ingin kumenjaganya.
Lalu sekarang....Wahai rasaku,
dimanakan dirimu??
No comments:
Post a Comment